Gunung di Indonesia dan Puncak Tertinggi Dunia
JAWA: -*-Anjasmara (2.277 mdpl)-*- Argapura (3.088 mdpl)-*- Arjuno (3.339 mdpl) -*- Bromo (2.392 mdpl)-*- Bukit Tunggul (2.208 mdpl) -*- Ciremei (3.078 mdpl)-*- Cikuray (2.818 mdpl)-*- Galunggung (2.167 mdpl)-*- Gede (2.958 mdpl)-*- Guntur (2.249 mdpl)-*- Kembar I (3.052 mdpl)-*- Kembar II (3.126 mdpl)-*- Lawu (3.245 mdpl)-*- Semeru (3.676 mdpl)-*- Malabar (2.343 mdpl)-*- Masigit (2.078 mdpl) -*- Merapi (2.911 mdpl)-*- Merbabu (3.145 mdpl)-*- Pangrango (3.019 mdpl)-*- Papandayan (2.665 m)-*- Patuha (2.386 mdpl)-*- Penanggungan (1.653 mdpl)-*- Raung (3.332 mdpl), Salak (2.211 mdpl), Slamet (3.432 mdpl), Sumbing (3.336 mdpl)-*- Sundara (3.150 mdpl)-*- Tangkuban Perahu (2.084 mdpl)-*- Ungaran (2,050 mdpl)-*- Wayang (2.181 mdpl)-*- Welirang (3.156 mdpl)-*- Wilis (2.552 mdpl). SUMATRA:-*-Dempo (3159 mdpl)-*-Kerinci (3.805 mdpl)-*-Sibayak (2.212 mdpl)-*-Pesagi (2.262 mdpl)-*- Singgalang (2.877 mdpl)-*-Marapi (2,891.3 mdpl)-*-Tandikat (2438mdpl)-*-Leuser (3172 mdpl)-*- Perkison (2300 mdpl)-*- BALI: -*-Agung (3.142 mdpl), -*-NTB:-*-Rinjani (3.726 mdpl), NTT: Tambora (2.850 mdpl)-*- 14 PUNCAK GUNUNG TERTINGGI DUNIA: -*-Everest (8.848 mdpl)-*- K2 (8.611m)-*- Kangchenjunga (8.586) -*- Lhotse (8.516 mdpl)-*- Makalu (8.463 mdpl) -*- Dhaulagiri (8.167 mdpl) -*- Manaslu (8.091) -*- Cho Oyu (8.201 mdpl) -*- Nanga Parbat (8.125 mdpl) -*- Annapurna -*- (8.091 mdpl) -*- Gasherbrum I (8.068 mdpl) -*- BRoad Peak (8.047 mdpl) -*- Shisha Pangma (8.046 mdpl) -*- Gasherbrum II mdpl)-*-

Budhy Papeo's Facebook profile

Monday

Perasaan di titik zero

sudah hampir setahun dari percakapan terakhir di ponsel, mengingat kembali saat itu, sibuk menyiapkan materi meeting after lunch. memberi pekerjaan berat kepada printer Epson. kertas berisi dokumen penting berhasil di cetak epson. di bundel dengan tergesa-gesa. kurt cobain almarhum bernyanyi, tolol rasanya saat seperi itu siang bolong mendengarkan orang bangkit dari kubur dan bernyanyi di mtv. sudahlah kurt! meyeruput teh hijau made in cina, menyedot dalam-dalam nikotin dan mengepulkan asapnya keudara membentuk gambar bertuliskan Marlboro light. rokok merek ini di jual 75 ribu disini. mahal. condo itu terasa seperti kuburan. penghuninya pagi buta berangkat kekantor, singapura memang terkenal dengan disiplin waktu kerja. mereka bekerja seperti robot. mungkin saat itu saya satu-satunya orang yang tertinggal di condo yang memiliki empat tower itu. sunyi. hp berdering telpon masuk. dari nomer biasa. percakapan itu adalah percakapan terakhir, gelap! singapur berasa seperti malam yang mati lampu. hitam pekat di pikaran dan perasaan. setelah beberapa minggu kemudian memutuskan untuk terbang ke titik zero, dua hari kemudian memesan tiket ke jakarta, pekerjaan menanti. bertemu degan atasan. minta izin berbulan-bulan dengan alasan mencari jati diri. diizinkan! terjebak macet di semanggi. jakarta ga sembuh-sembuh dari penyakitnya. feby menginjak pedal gas mobilnya, meluncur membelah jalanan dan berhenti di gerbang stasiun gambir. "gw berangkat ya, sampai ketemu lagi!" take care u self bud, Nomer hp lu jangan di ganti ya!" kereta parahiyangan berangkat tepat jam 9.15 meluncur di rel besi bak ular raksasa menuju bandung. "Aku datang paris van java!" seorang kawan lama menjemput, gimana perjalananya kawan? kita makan siang dulu, saya masih termenung melihat satu toko diantara jejeran ruko. toko kue, Canary. oke kita makan siang dulu, melanjutkan pembicaraan: pasti ente sibuk hari ini dam. oke, gini saya ada perubahan plan, sore nanti saya harus bertolak ke surabaya, urgent! oke. saya sudah mengira. ente tidak berubah bud, hehehe saya merasa lucu mendengarnya. kami berpisah di rumah makan sunda ibu ciganea. taxi mengantarku dan behenti di parkiran berkabut. dago pakar. kopi selasar sunaryo memang ga ada matinye, saya bergumam! membuka laptop conect wifi, memesan secangkir kopi selasar. sejam kemudian memesan teh melati, kentang goreng sebagai hidangan penutup. 3 jam berlalu. saya menutup laptop menelpon taxi meminta untuk di jemput. kereta ke surabaya berangkat jam 6.15. tinggal sejam lagi. menyibukan diri dengan membaca koran pagi di baca sore. perasaan tidak karukaruan meninggalkan bandung dan stasiun ini. ular raksasa meluncur. mata ini terasa berat tapi tidak mau menutup. kereta melaju menari-nari diatasa rel yeng berkelok-kelok. sesekali melihat keluar dan merasakan gelapnya malam di luar jendela kereta. semoga selamat sampai ditujuan. camera bag saya letakan di bagian bawah tempat duduk. menghimpit tas laptop di ket iak setelah ada pengumuman untuk berhati-hati terhadap barang bawaan apalagi laptop. sering terjadi kehilangan. BUsyeet! ko bisa ada kehilangan di kereta eksekutif! bagaimana dengan sistim keamanaanya? dasar kereta gila! segila pengalaman hidupku beberapa tahun terakhir! pagi jam 09.30 kereta sampai. surabaya pagi tetap saja polusi. melangkah keluar stasiun mencari taxi. becak yang di dapat. 5000 rupiah sampai di sekolah Diva sang buah hati! ini memang sudah direncanakan. ngasi surprise buat dia di sekolahaan. "mohon di izinkan bertemu dengan murid bernama Diva Rizkana Khasanah, saya orang tuanya" saya menyampaikan harapan ke ibu guru wali murid yang berjilbab. dikabulkan! sicantik diva berjilbab keluar dari kelasnya. berlari kepelukanku! lengkap sudah kebahagiaanku! "aku mencintaimu anaku" diva tersenyum "Diva juga yah" bercerita diva panjang lebar. "kapan lagi ayah pulang? "secepatnya anaku setelah semua urusan selesai, denger,..ayah mau Diva jaga diri baik-baik selama ayah pergi, dengar kata bunda dan mbah uti, ayah titip tolong jagain bunda dan mbah uti yah? "iya yah,..apa si yang nggak buat ayah!? hahaha. muahmuahmuah. tumbuh dan besar buah hatiku! "pesawatnya kan besok yah? jadi nginep dulu di rumah temani diva bobok? "iya sayang, apa sih yang nggak bisa buat diva?... hahahaha, diva tertawa,.ayah melu-melu! menginap semalam di surabaya yang panas. memandangi wajah cantik buah hati yang tidur lelap. 05.30 pagi. "diva bangun yuk, udah ditunggu sekolah tuh. bergegas diva mandi dan mengenakan seragam sekolah. "diva berangkat ya bunda, ya ayah! asalamu alaikuum!..sampai ketemu lagi cantik! "ayah hati-hati ya" Siap Bos! diva berangkat kesekolah bersama upik salah satu sahabat karibnya. saya pun bergegas mandi. menyeruput teh buatan perempuan yang pernah hidup lama bersamaku. "trimakasih tehnya" saya harus berangkat sekarang. jaga diri baik-baik ya? mohon kabar-kabarnya ya. " iya pasti! kamu juga jaga diri baik-baik. salam sama family di sana" Pasti!. hav nice flight!
kaki ini menyentuh lagi tanah kelahiranku setelah sekian lama. kurang lebih dua jam di udara cukup melelahkan buat saya yang trauma naik burung besi.kali ini tidak ada jemputan. taxi melaju di jalanan yang gersang menuju rumah sebelah utara kota ini.pintu pagar rumah terkunci. sempat ragu dengan bentuk rumah yang saya datangi ini, mungkin saya salah alamat. beberapa saat kemudian sepeda motor menghampiri. bunda tersayang dan Rum, kakak tertua, dari pasar. heran mmenatap saya. " pin? kapan datang nak? kok nggak ngabarin mau pulang? rum tersenyum, kami berpelukan setelah mencium tangan perempuan yang melahirkan saya. terlihat guratan-guratan di wajah bunda. dimakan usia. "kenapa heran liat rumahnya? tanya rum. sudah hampir dua tahun di renovasi. betterlah di banding sebelumnya. "siapa arsiteknya tanyaku, "saya dong! hahahahah. sarjana pertanian desain rumah! "gimana..? ya,..lumayan! "diva sehat-sehat nak? iya mam! gimana lebaran besok bisa nggak diva di ajak ke sini? Insya allah mam. bapakmu sekarang lagi di bolaanmongondow. banyak yang dia kerjakan di sana.
berusaha untuk menyesuaikan kembali dengan atmosfir kota ini. berkumpul dengan keluarga. banyak cerita baru dan seru. kental dengan nuansa spiritual. kental dengan cinta orang tua dan anak. membuat hati adem. kegiatan dikunjungi dan mengunjungi kawan lama. diskusi ngarulngidul di keramaian pantai taman ria dan di gelapnya kota yang mati lampu. menyeruput kopi pahit dan pisang goreng ala kadarnya. ketawa terbahak-bahak di kantor notaris milik kawan lama sewaktu sekolah di malang dulu. semua ini menyenangkan. waktunya berpamitan!


jadi ingat lagi dengan tempat itu, sudah berbulan-bulan tidak kesana, terakhir kali keringat dan air mata mengucur deras disana. disaksikan pohon, rumput,karang, disaksikan horizon dan matahari. dan seekor sapi bali. ujung jari ini rasanya ingin menyentuh keypad keybord notebook, menggambarkan hari-hari disana, hari-hari sebelumnya. menceritakan canda tawa suka duka dan kegilaan dengan keheningan, menceritakan apa yang sudah terjadi dalam hidup ini beberapa tahun terakhir. menyentuh angin sembari mebuka tabir rahasia tempat terindahku di jagat raya. seorang kawan lama mengingatkan tempat itu lewat testimonial friendster.

Tuesday

Api Pengantar
jarum di spidometer menyentuh angka 140 km/jam. kaca samping tidak tertutup sempurna angin pun masuk wus..wus, berasa menempeleng muka penumpang, tidak ada rasa takut terlihat dari wajah pengemudi dengan kecepatan angin itu, dan,..DHUAAAMMM!!! kejadian,.. inova hitam plat DK 543 FU berputar 180 derajat diudara dan berhenti ditanah dengan kaki diatas. ada darah dan air mata!.. kurang lebih bgitulah kawan saya menceritakan kejadian sebelumnya yang membuat saya dan kawan-kawan lainya berkumpul disini saat ini. memang si, beberapa hari sebelumnya kejadian itu kami berkumpul di salah satu club tenar bin beken di seputaran seminyak, pagi buta pintu kamar saya digedor dengan semangat, atau entah panik! ada tia, dengan omelan khasnya saat pintu kamar saya terbuka dan mata yang juga terbuka setengah berkabut, menyuruh saya untuk mandi pramuka alias kilat. yang lainya menunggu di mobil. air dingin terasa panas sepanas petir.tia anggun saat mengenakan kebaya duka. saya mencari pakaian yang cocok untuk tema kali ini. duka! chery dalam perjalanan kuta-gianyar terlihat diem dan gugup. tatapanya kosong berkacakaca. sesekali melihat keluar jendela mobil. tia menutupi mukanya yang murung dengan berpura-pura tidur bangun dan tidur lagi. ruang mobil serasa pengap dengan hawa duka.adi tetap konsen dengan setir dan jalanya. entah air apa yang menetes dari poro-pori telapak tanganya. seperti mata air. gagang stir blepotan basah, mungkin jantungan. indah sang kekasih mata air duduk manis termenung memegang erat-erat jok mobil.
suara
tanggis terdengar kecil tertutup dengungan-dengungan gamelan kematian. banyak umbul-umbul terpasang tertancap ditanah dengan kuat sekuat keteguhan hati dari keluarga yang ditinggal. langkah kami menuju gapura yang menyambut kami untuk bertemu dengan bangunan yang menyimpan tubuh kawan kami.suasana haru, sesekali hening, ditutup dengan isak tangis. tidak sedikit saya mendapati pemandangan orang senyum dan tertawa.mungkin mereka tersenyum karena arwah sebentar lagi akan menuju moksa. upacara ini adalah upacara untuk mengiring arwah menuju moksa! satu pelajaran penting yang saya ambil dari sebuah kematian, tersenyum! beberapa saat menatap bangunan tempat jasad sementara bersemayam cukup membuat pilu. kami di luar bangunan itu, duduk disela-sela tumbuhan yang layu disengat panas matahari siang itu. sengatan panas tidak terasa di kulit, malah mengeluarkan tetesan-tetesan airkecil dari balik kaca mata tia, chery, indah dan adi. saya juga.
Upacara Ngaben atau sering pula disebut upacara pelebon kepada orang yang meninggal dunia dianggap sangat penting, ramai dan semarak, karena dengan pengabenan itu keluarga dapat membebaskan arwah orang yang meninggal dari ikatan-ikatan duniawinya menuju sorga, atau menjelma kembali ke dunia melalui rienkarnasi.
di dalam bangunan itu ja
sad kawan kami di bersihkan dari segala kotoran, beberapa saat setelah itu pelayat berdiri dan kami pun berdiri serempak. berdiri menandakan jasad kawan kami akan segera digiring diletakan menuju"bade dan lembu" tentunya juga diiringi suara gaduh gamelan dan kidung. mungkin lagu duka ini diciptakan untuk menghormati jasad dan kematian. keringat menetes bercucuran dari tiap orang yang memikul bade dan lembu, diarak beramai-ramai menuju tempat upacara. bukan pekerjaan yang enteng! apalagi diarak dengan cara berputar putar, yang terdengar malah suara-suara tertawa dan senyum lagi dimana-mana. diarak berputar-putar tenyata memiliki arti penting dalam upacara ini.secara,Bade diarak dan berputar-putar dengan maksud agar roh orang yang meningal
itu menjadi bingung dan tidak dapat kembali ke keluarga yang bisa menyebabkan gangguan, dll. bade dan lembu sampai di lokasi upacara, sepanjang jalan diarak beramai-ramai, pelayat ikut berjalan kaki dan berpanas panas ria.
kami juga. senang rasanya bersama mengantar kawan menuju sorga. konon kabarnya di sorga banyak buah-buahan.
orang orang terlihat sibuk menempatkan jasad di punggung lembu. asap mengepul dimana mana, persiapan maksimal
seakan mempresentasikan derajat famili yang ditinggalkan. sesuai dengan golongan atau kedudukan sosial ekonomi. asap masih juga mengepul, kali ini ditambah dengan kepulan mantra-mantra yang keluar dari mulut pendeta. mulutnya komat-kamit, bukan rumus biasa yang diujarnya, rumus-rumus ungkapan mistik dan doa pengantar. butuh keahlian khusus untuk dapat berkomunikasi tiga arah. tabung gas berukuran raksasa disiapkan, selang selang diluruskan agar dorongan angin dapat kencang dan bertenaga. ini adalah cara setiap upacara, slalu menggunakan tabung raksasa. bukan untuk masak. tapi untuk membakar habis tanpa tersisa. lidah api berlahan menjilat lembu dengan ganas, keluar dari corong yang hanya berdiameter kurang lebih dua centimeter. dorongan
angin bercampur gas menghasilkan api yang dapat melelehkan apa saja yang disentuhnya. api perdana dinyalakan pendeta setelah membaca semua mantranya. tia dan chery mengucurkan banyak airmata,walaupun saya tau sebenarnya mereka ingin teriak histeris saat melihat lidah api menjilat ujung jari kaki mulai dari jempol. kaca mata tia bener-bener gelap hitam pekat. tak mampu membuka kedua kelopak matanya. kawan saya tidak tersisa dan berbentuk. yang tertinggal hanya abu. kami pun melangkah pulang!









Wednesday

Sistem kalender Caka di Bali yg menggunakan 12 nama-nama bulan dalam bahasa sanskrit, yaitu: kasa, karo, ketiga, kapat, kelima, kenem, kepitu, kaulu, kesanga, kedasa, jiyestha, sada. Perhitungan waktu jatuhnya bulan tidak sama dengan tahun masehi. Tahun baru Caka selalu jatuh pada purnama ke-10, yang disebut dgn hari Ngembak Geni (sehari setelah Nyepi) atau pada permulaan sasih kedasa. Terkait dgn musim, orang Bali tidak memakai tahun masehi sbg patokan. Kami memakai perhitungan sasih, karena lebih tepat dan jarang meleset. Sasih Kasa (bulan ke-1) biasanya jatuh pada pertengahan Juni. Pada sasih ini cuaca cerah tapi hawanya dingin. Suhu dingin akan meningkat pada sasih Kasa (bulan ke-2) sekitar Juli. Angin juga bertiup kencang sehingga sasih ini adalah musim bermain layangan di Bali. Sasih Ketiga sekitar Agustus suhu mulai panas. Nah di Sasih Kapat, ini disebut juga Blossoms seasons atau musim bunga. Hampir semua jenis tanaman bunga akan menunjukan kecantikan bunga-bunganya. Apalagi di Bali banyak tanaman kamboja yg sudah pasti bunganya kita bisa lihat dimana-mana. Di sasih Kapat ini tepatnya saat bulan purnama, kita akan banyak melihat temple ceremony di Bali, karena satu dari dua purnama yg baik adalah purnama sasih Kapat. Sasih Kelima di bulan November adalah awal dari musim hujan berlanjut sampai sasih Kenem, Kepitu, Kaulu dan Kesanga. (periode November-Maret). Saat sasih Kenem (sekitar Desember) dan Kepitu (Januari) adalah musim penyakit. Di Bali kita nyebutnya grubug. Mulai dari flu, pilek, demam, dll. Bukan hanya pada manusia penyakitnya, juga menyerang hewan. Lanjut ke sasih Kaulu (Februari) sampai Kesanga (Maret), musimnya adalah hujan angin. Badai mengancam. Pohon-pohon pada tumbang ketiup angin. Almost everyday raining. Hari Raya Nyepi jatuh pada Tilem Kesanga (bulan mati). Satu hal yg unik saat sasih kesanga adalah lolongan anjing dimana-mana. Ada yg mengatakan anjing ini lagi birahi, sementara yg lain mempercayai bahwa sasih kesanga adalah saat para bhutakala (setan) mencari mangsa. Untuk itu-lah kenapa pada saat hari raya Nyepi dilakukan tawur kesanga, yaitu pecaruan/pemberian korban suci kepada para bhuta agar tidak mengganggu kehidupan manusia. Memasuki sasih Kedasa (April) hujan akan mengalami antiklimaks. Bisa dikatakan hujan penghabisan-lah. Pergantian tahun caka terjadi dari Kesanga ke Kedasa, jadi 1st day disasih Kedasa adalah New Year. Bulan purnama di sasih Kedasa adalah bulan yg sangat baik melakukan ritual temple ceremony. Setelah sasih Kedasa yg disebut Jiyestha dan Sada yg jatuh April s/d Mei, it’s a time for fishing and maen layangan. Cuman tahun ini agak meleset. Hujan yg mestinya udah start di sasih Kelima (November) sampai hari ini belum terjadi di Bali. Apalagi bulan Februari ini adalah sudah memasuki sasih Kaulu yg notabene adalah hujan angin. Jangankan hujan angin, hujan deras saja belum terjadi kok. Apakah pemanasan global atau karena hujan anginnya udah habis nyampai Jakarta doank (hehehehe..). Entahlah, yg jelas kita mesti selalu waspada dan pasrah akan Beliau.

TRADISI MEMIKUL DAN MENGARAK RAKSASA

ogoh-ogoh bukan hal yg essential dalam pelaksanaan prosesi Nyepi. Ogoh-ogoh adalah sebuah tradisi baru yg berkembang tapi tanpa pijakan sastra agama. Artinya, ogoh-ogoh bukanlah hal yg wajib ada pada malam pengerupukan (sehari sebelum Nyepi). Yg wajib dilakukan dalam pengerupukan oleh masing2 keluarga adalah melakukan pecaruan di lingkungan rumah, serta saat mulai maghrib berkeliling pekarangan rumah dengan sarana api (biasanya membakar ikatan daun kelapa kering) serta membuat bunyi2an. Ogoh-ogoh sbg simbol bhutakala (raksasa) memiliki cerita unik yg rada2 horor. Desa Renon (bertetangga dgn desa saya Sanur) adalah desa yg tidak berani membuat ogoh-ogoh. Era th 1988-an saat ogoh-ogoh menjadi trend di kalangan anak-anak muda banjar, para pemuda desa Renon ikut membuat ogoh-ogoh yg akan diarak saat malam pengerupukan. Saat malam pengerupukan tiba, ogoh-ogoh berbentuk babi ini hidup dan menggemparkan warga banjar tsb. Bener-bener hidup. Bahkan ada yg melihat ogoh-ogoh ini berubah wujud dari babi menjadi ular. Pada saat bersamaan, sedang ada prosesi sembahyangan di pura Desa setempat dan seorang holyman tiba2 trance. Dalam trance ini ada pewisik (perintah dari-Nya) bahwa tidak boleh membuat ogoh-ogoh ataupun patung besar sejenis di Renon. Jika hal ini dilanggar maka penduduk desa akan mengalami musibah. Akhirnya ogoh2 itupun dibakar sebelum sempat diarak keliling desa. Setelah beberapa tahun kemudian, kembali ada kelompok anak2 muda yg mebuat ogoh-ogoh bentuk raksasa. Lagi-lagi, ogoh-ogoh tsb hidup dan berjalan sendiri. Kontan saja warga membuat ritual permohonan maaf di pura Desa dan membakar ogoh-ogoh tsb. Sampai sekarang warga desa Renon tidak berani membuat ogoh-ogoh.
Pernah juga ogoh-ogoh berwujud Kumbakarna yg dibuat pemuda depan gang rumah saya menjadi hidup saat malam hari. Setiap orang yg melintas merasa di-toel, dan saat menoleh si ogoh-ogoh ini tersenyum. Terpaksa, sebelum menimbulkan bencana ogoh-ogoh itupun dibakar. That’s why kalo kita perhatikan saat membuat ogoh-ogoh, pasti ditaruh daun pandan berduri disekelilingnya. Pandan ini diyakini mampu menolak makhluk-makhluk halus yg berkeinginan memanfaatkan wujud ogoh-ogoh sbg wujudnya. Maklum saja, makhluk 2 yg berupa angin ini mengganggap ogoh-ogoh adalah rumahnya, makanya mereka berkumpul disana. Bagi mereka sih enak, nah bagi kita manusia yg melihatnya…iiihhh…serem

Thursday


Desa Adat Bayan lombok, Nilai dari sebuah peradaban bermukim
Bayan adalah sebuah desa di sekitar hutan yang terletak di sisi barat daya Pulau Lombok, berada di kaki Gunung Rinjani. Desa yang dikenal dengan penduduk asli suku sasak ini memiliki loyalitas terhadap adat istiadat dalam banyak hal, pola dan tata cara bermukim. Arsitekturnya bisa dikatakan sangat relevan dan mengajarkan bagaimana menghargai suatu tempat dan wilayah. Desa yang memiliki luas 2.600 hektar ini merupakan salah satu dari enam desa yang ada didalam wilayah kecamatan Bayan, kabupaten Lombok Barat. Mayoritas penduduknya memeluk agama Islam, dikenal dengan sebutan Islam wetu telu. Secara administratif, Desa Bayan berada di wilayah Kecamatan Bayan, Lombok Barat NTB. Wilayah desa ini memanjang mulai dari kaki Gunung Rinjani sampai ke tepi laut utara. Lokasinya merupakan salah satu jalur pendakian ke gunung tersebut. Dari segi topografi, daerah Bayan dan dusun-dusun sekitarnya tersebar dari yang berbatasan langsung dengan laut hingga ke dusun yang memiliki ketinggian 700 m dpl. Mata pencaharian penduduk di wilayah ini sebagian besar adalah bertani. Hasil pertanian berupa padi, sayur-sayuran, kelapa, buah-buahan serta bawang merah dan bawang putih yang menjadi hasil andalan. Kebiasaan masyarakat bermukim sangat erat kaitanya dengan prinsip yang diatur dalam adat istiadat. Dalam sebuah desa memiliki berbagai jenis rumah adat dan wilayah yang membedakan antara yang umum dan khusus. Dalam wilayah dalam kampu (wilayah yang diperuntukan bagi pemangku-pemangku adat) terdapat beberapa rumah adat yang dibagi dan dinamai sesuai dengan fungsi atau sifat dari profesi pemangku atau maloka. Wilayah dalam kampu adalah wilayah suci, secara hukum adat tidak sembarangan orang dapat masuk di wilayah ini, untuk itu wilayah ini diisolasi oleh pagar bambu yang mengelilinginya. Pola penataan massa-massa bangunan secara umum di desa ini memiliki tipologi linier. Memanjang dan selalu berpasangan, berhadapan dan saling membelakangi, seluruh rumah yang ada terpola menghadap barat dan timur. Ini mengacu pada petunjuk dan adat istiadat yang berlaku. Dalam hal menentukan letak dan pengaturan massamassa ini menyimbolkan saudara tertua yang dapat mengayomi, menjaga dan melindungi saudara-saudara lainnya.bangunan, memiliki persyaratan mutlak dalam penempatannya. Bagi rumah yang menempati posisi paling selatan dimana bagian depan rumah menghadap barat (kiblat) menjadi keharusan untuk di tempati oleh saudara tertua, mengikuti garis keturunan, Di sisi yang berhadapan dengan rumah paling selatan menghadap ke timur ditempati oleh saudara berikutnya. Secara adat pola tatanan massa ini menyimbolkan saudara tertua yang dapat mengayomi, menjaga dan melindungi saudara-saudara lainnya. Dalam susunan tata massa selalu juga ditandai dengan adanya baruga (tempat pertemuan) pada titik-titik yang sudah ditentukan, menempati posisi ditengah dari pola susunan masa yang linier. Posisi ini menandakan pentingnya fungsi dari baruga itu sendiri. Baruga adalah tempat penerima bagi siapa saja tamu yang datang, sekaligus berfungsi sebagai tempat melaksanakan upacara adat. Ukuran baruga tidak terlampau besar, berukuran kecil tetapi tersebar di beberapa tempat dalam satu desa. Baruga kurang lebih dapat menampung 15 orang. Penutup atap baruga terbuat dari alang-alang dan re (ijuk) dengan struktur yang ditopang oleh enam tiang utama (tiang saka enam). Tiang ini pada bagian kepala bangunan masing-masing diikat dengan 3 balok yang disebut apit saka sebagai balok dan dua balok tembok yang disebut aton dengan[Photo] diikat oleh pasak (pen). Kedua jenis balok ini yang memikul beban tunjang langit (kuda-kuda) yang pada ujung kuda-kuda terdapat senggoko (balok bubungan). Struktur bagian bawah tiang menerus ketanah yang berupa cendi (umpak) batu. Rumah-rumah adat (bale) yang ada di desa ini berdinding bambu yang dianyam, berlantai tanah, beratap alang-alang , dengan rangka konstruksi campuran kayu dan bambu. Didalam bangunan terdapat wilayah yang dibagi dan dinamai inan bale (induk rumah) dan juga terdiri dari enam tiang. Fungsi inan bale itu sendiri sebagai tempat untuk menyimpan nilai-nilai yang sifatnya tidak boleh diketahui oleh orang banyak selain orang rumah. Seperti harta, benda berharga lainnya dan beras yang disimpan dalam gentong (temberasan atau kemeras), juga tempat menyimpan nenoq (sesaji bagi arwah leluhur dan roh penghuni rumah), dan saat tertentu dijadikan tempat meditasi keluarga. Di wilayah dalam rumah juga terdapat tempat yang dikhususkan bagi kaum perempuan apabila bertamu, amben bleh. Secara keseluruhan, ruang yang ada di dalam rumah mencerminkan suatu kesatuan yang utuh dalam pola tatanan ruang. Dan uniknya masing masing rumah yang ada didesa ini memiliki sistem pengorganisasian ruang yang sama antara satu dengan lainya. Pembagian wilayah umum dan khusus di desa ini merupakan sebuah gambaran akan pentingnya menghargai makna dan nilai-nilai positif yang terkandung, untuk selalu dijaga dan dihormati tanpa berlebihan. Masyarakat desa hidup dan masih berpegang teguh pada aturan adat yang mengatur segala bentuk hubungan antara manusia dengan Tuhan, sesama manusia maupun dengan makhluk yang lain (tumbuhan dan satwa) serta lingkungan sekitar. Dan disisi lainnya sangat menghargai dan menjunjung tinggi atas nilai kehidupan suatu tatanan desa dalam bermukim.

Gear and Supplies

Mount Everest climbers need a lot of specialized gear, including clothing, tools and supplies. This list is by no means comprehensive, but can give you an idea of the amount of equipment required. If you're going on a guided expedition, you should carefully check to see what they'll provide. You should also test all of your gear before the trip. Alpine Ascents and MountEverest.net have detailed lists of necessities and brand suggestions. Shoes Climbers need several pairs of socks, including trekking, wool and liner socks. They also need lightweight hiking boots as well as plastic, lined climbing boots. These should be large to give feet more room and reduce the risk of frostbite. Heating pads and wires are available to help keep boots warm, and depending on the type of boot, you may also need insulated overboots. Gaiters are included on some boots; otherwise you will need them to help keep your feet warm and dry.[Photo] Clothes Layering is important in choosing clothing. There is a great deal of variation in temperature between camps, depending on the weather and time of day, so you will need both lightweight and expedition-weight underwear. You'll also need a fleece or synthetic zip-up jacket, an expedition-weight down parka and a Gore-Tex shell jacket with a hood. Synthetic insulated pants, down pants and a pair of Gore-Tex shell pants (all windproof with full-separating side-zippers) are required. For your head, you'll need a headlamp with spare bulbs and batteries; glacier glasses with side covers; ski goggles; a baseball cap or visor; a wool hat and both lightweight and heavyweight balaclavas. Synthetic bandanas will protect your neck. You'll also need a total of four different pairs of gloves: light synthetic ones that can fit inside the others, expedition-weight fleece gloves, waterproof gloves and expedition-weight mitts. [Photo]Climbing Tools Clipped to your boots are step-in glacier crampons. Climbers should bring spares in case these are damaged. You also need an alpine climbing harness that will fit over all of your clothes, three locking and three stationary carabiners, one right and one left ascender, a belay device, and prussiks (or 40 feet of flexible six milimeter perlon rope to make into prussiks). An ice ax with a leash designed for glacier axes is required to cross the Lhotse Face and climb to the summit. The length should be determined by your height -- if you're under 5 feet 7 inches tall, your ax should be 60 centimeters long (about 24 inches); people from 5 feet 7 inches to 6 feet 1 inch tall need an ax that's 65 centimeters (about 26 inches) long. You'll also need glacier rope. Check out Get Outdoors' Glacier Travel: Fundamentals for details on "roping up" and glacier rope travel. Camp Supplies Two good-quality down sleeping bags (expedition-quality and rated to at least 20 C and 40 C below zero) as well as at least two self-inflating pads and one thermal pad per camp to go under them is necessary; at some camps you may be better off doubling the pads. You will also need multiple tents: a larger tent for Base Camp and smaller, lighter, high-quality tents for higher elevations. A compass or small GPS unit will help you find the summit. Bringing two titanium burners will ensure that at least one works when you need it (and allows you to cook faster). For cooking and eating, you need two or three light pots with lids, plastic mugs, a thermos,[Photo] a spoon and knife (like a Leatherman), and a couple of potholders. Lots of matches and lighters are necessary for heating and cooking; make sure the latter are of good quality so they will work at high altitude. Bringing a chemical water purifier will reduce the amount of water that you need to boil, and consequently the amount of fuel required. You will need two plastic water bottles in addition to a wide mouthed bottle for urination. The trekking agency may supply gas and oxygen if applicable. Large duffel bags are necessary for transporting your gear and so is a backpack for carrying it (you may want an extra, small backpack for treks). The climbing pack will need attachment points for your ax and other climbing gear. Sunscreen, lip balm and a small personal first aid kit should all fit in your pack. Electronic Equipment Cameras are essential, and walkie-talkies might be a good idea. Lithium batteries are best for long life and function at high altitudes. Increasing numbers of climbers are bringing other electronic equipment such as laptops, video cameras and satellite phones. People Beginning in the 1990s, experienced climbers like Rob Hall began organizing group tours, which made Everest accessible for the first time to less experienced people. Guided tours will involve an expedition leader, other guides and a Sherpa support team. There are pros and cons to joining a guided tour, but if you are considering it, experts recommend that you climb another, less difficult mountain with them first. Even "solo" climbers often hire Sherpas to assist with the climb, and hiring a cook for Camp II can greatly improve the quality of your experience.
Cost The average cost of a fully guided journey up Everest from the south side is $65,000. A fully guided climb from the north costs somewhat less, averaging around $40,000. These costs do not typically include personal gear, international airfare, or insurance, all of which can add thousands to the trip. Starting from scratch, the required gear would run at least $8,000. The figure is closer to $15,000 with the addition of items like a laptop and digital camera.

The Ascent

Most climbers attempt Everest during April and May. In the winter, low temperatures and hurricane force winds make climbing difficult. Between June and September, summer monsoons create intense storms and violent precipitation.From home and back again, most trips to the top over Everest take about two and a half months. For a southern approach, climbers typically fly into Katmandu and spend several days there buying supplies[Photo] and arranging travel visas. From Katmandu, they fly to Lukla and make their way overland to Base Camp, where they prepare for their Everest climb. Even the Base Camp is located at high altitude, so the journey there must progress gradually, usually taking one to two weeks.The South Col Route was taken by Sir Edmund Hillary and Tenzing Norgay and is still the route used most frequently. It goes through the treacherous Khumbu Icefall and Western Cwm (pronounced "coom"), up the Lhotse Face and past the South Col and Hillary Step to the summit.[Photo]The North Ridge Route is the second-most popular route. It's a more difficult climb technically and requires a longer descent at high altitude than the Southern Route, though it avoids the dangers of the Khumbu Icefall. In total, there are 15 different routes and route variations to the top of Everest.Ascending from the south, climbers make use of five different camps as they adjust to high altitude. Base Camp is located at 17,600 feet (5364 m). Temperatures tend to be about 1.5 degrees C warmer than the summit per 150 meters of altitude drop and range between 17 C below zero in January to 3 C below in the summer. During the spring climbing season Base Camp houses about 300 people, including climbers, Sherpas, doctors, scientists and other support staff.[Photo]From Base Camp, climbers must pass through the Khumbu Icefall. They can only traverse this area with the aid of ropes and ladders. Even with all the safety precautions, this section is extremely dangerous. Shifting ice, deep crevasses, falling ice and avalanches have killed many climbers and Sherpas there. Once through the Khumbu Icefall, climbers reach Camp I at 19,900 feet (6065 m). Most climbers must navigate the Khumbu Icefall multiple times as they acclimate to the elevation.[Photo] Travel from Camp I to Camp II at 21,300 feet (6492 m) takes climbers through the glacial valley known as the Western Cwm. Surprisingly, the main challenge in the Western Cwm is heat. The valley's structure means there is little wind and the intense sunlight at such a high altitude can make it uncomfortably hot. The next challenge is climbing Lhotse Face using fixed ropes to get across a sheer wall of ice and ascend to Camp III at 24,500 ft (7470 m). Climbers must also use ropes to get across the Geneva Spur to reach Camp IV.Camp IV, also known as the South Col ("Col" is a word for saddle, or pass) is the last major camp before climbers[Photo] make their summit push. Located at 26,000 ft (7925 m) it is the first night most climbers spend in the Death Zone. From Camp IV, climbers hike to The Balcony, at 27,700 ft (8440 m). The Balcony provides a platform where climbers can rest. From there they proceed to The Cornice Traverse, a horizontal face of snow and rock that must be climbed, and finally onto The Hillary Step which is climbed with fixed ropes, so that only one climber can ascend or descend at a time. At this point, the lack of oxygen and cold dulls climbers' reflexes and judgment, [Photo]making the Hillary Step one of the most challenging elements of the climb.From the Hillary Step, climbers must trek the final feet to reach the summit. Near the top are survey and scientific equipment, prayer flags, discarded oxygen bottles, and a few other small items and mementoes left by climbers. From the summit, you can see across the Tibetan Plateau, towards the other Himalayan peaks of Cho Oyu, Makalu and Kanchenjunga. Most climbers stop to take some pictures and enjoy the 360 degree view before heading down again. As the list of deaths attests, getting down safely can be at least as dangerous as getting up. Most climbers require about four days to ascend Mount Everest from Base Camp. The fastest ascent from the north side is held by Hans [Photo]Kammerlander of Italy and took him 16 hours and 45 minutes from Base Camp. The fastest ascent from the South took just under 11 hours and was accomplished by Lakba Gelu Sherpa. Babu Chiri Sherpa, who was at the summit for 21.5 hours, holds the record for the most time spent on top of Everest. However, people typically spend about an hour at the top on average. Next, we'll look at the effect that climbing Mount Everest has on the region and on climbers themselves

Wednesday

Menuju Atap Indonesia

Carstensz Glacier terletak di 04 05'02.38 S, 137 10'57.42" E dengan ketinggian 4700 mdpl (meter diatas permukaan laut). Yang merupakan salah satu kebanggan bangsa indonesia, karena Pegunungan Jayawijaya ini memiliki beberapa puncak yang selalu diselimuti Salju Abadi, yang selalu ada sepanjang tahun, baik itu musim panas atau pun musim dingin (hujan). Dan memang karena pengaruh dari pemanasan global, luas salju abadi ini telah berkurang sekian cm setiap[Photo] tahunnya. Selain Cartensz Glacier, ada satu Glacier lagi dengan paparan salju yang lebih luas, dan terletak di beberapa KM di sebelah utara Cartensz Glacier, yaitu Merensz Glacier. Paparan saljunya 2 kali lebih luas dari Cartensz. saya bertolak ke Jayapura dari Cengkareng. Beberapa ransel saya masukkan ke bagasi pesawat. Hanya satu yang saya tenteng, 1 buah Lowepro Nature Trekker AW II yang berisi laptop, Nikon Collpic 5700, Nikon F 801, FM2 dan beberapa lensa wide & tele, serta kompas dan 1 buah Aitor untuk survival. Saya heran juga, alat yang terakhir saya sebut ini, dan cukup berbahaya, bisa lolos masuk kabin pesawat B 737-400 maskapai nomor 1 Indonesia. Dalam perjalanan kali ini saya menyusuri jayawijaya mulai dari Perkampungan suku Walesi, yang penduduk dan kepala sukunya memeluk agama islam; mengunjungi tempat penyimpanan mummi di desa Kurulu, dan menyusuri belantara dari Wamena, Timeria sampai di Bokondini menggunakan Jeep Hercules bekas pasukan PBB di Timor-timor dan bergantian dengan Toyota FJ-40 Hardtop. Persis pada tanggal 3 Desember 2005, pukul 21.oo WIT pendakian ini dimulai. Setelah briefing 30 [Photo]menit, mulai bergerak naik dari Bali Dump sekitar pukul 21.30 WIT cuaca pada saat itu hujan rintik rintik ditambah dengan tiupan angin yang lumayan kencang, sangat sangat ekstrim dan mungkin bagi yang belum terbiasa berada didaerah dingin akan langsung berbalik arah ataupun tumbang pada saat mulai di start point. Dan memang hal ini kejadian, karena 2 orang yang persiapan mental dan fisiknya kurang pada saat latihan berbalik arah dan dibawa oleh team rescue ke Tembagapura karena sudah tidak kuat dengan keadaan cuaca yang sangat dingin dan juga tipisnya oxygen yang menyebabkan susah bernapas. 60 menit dari Bali Dump, tiba di sebuah Danau yang sangat indah pemandangannya, walaupun keadaan gelap gulita dan hanya di terangi dengan senter. istirahat 15 menit, rasanya mau putus! pukul 01:oo WIT sampailah di Pintu Angin,... dari namanya saja sudah ketahuan bahwa ini tempat lewatnya angin... yang sangat kencang dan dingin sekali, karena itulah dinamakan pintu angin. Secara fisik memang daerah tersebut sangat mirip sebuah lorong panjang, dimana diujungnya terdapat tebing vertikal yang sangat dalam. Dan karena adanya angin lembah dan[Photo] arahnya bertiup kebawah, maka persis pada daerah Pintu Angin lah ujung dari lorong tersebut dan menjadi pass gate dari angin yang bertiup, menakjubkan...sampai di Base Camp, pada pukul 16:00, daerah ini merupakan sebuah Landscape yang cukup datar dan luas alhamdulillah sempat melakukan Shalat Subuh disana, di daerah tertinggi di dunia ini mencoba untuk tetap menghadap-nya dan memang rasanya shalat disana sangat sangat berbeda, tapi tidak tahu jika ditanya seperti apa rasa bedanya.... mungkin karena secara phisikologi perasaan takjub terbawa pada saat shalat dan mengagumi ciptaan-Nya ini.persis batasnya dari Base Camp ini landscape pendakian sudah tidak tanah lagi, tapi sudah berupa batu batu besar besar yang seperti batuan kapur,15 menit dari Base Camp, harus melewati Tebing Setan, dinamakan seperti itu karena merupakan sebuah tebing yang terjal, tinggi dan elevasinya sangat ekstrim untuk didaki, tapi memang itulah satu satunya kases untuk dilewati.09:45 WIT 4 December 2005, begitu menginjakkan kaki di salju abadi, terus melanjukan perjalan 1 km terus keatas untuk sampai di tempat tujuan.120 menit berada di Glacier,.. atap indonesia!

Sunday

2 weeks in beautiful Krabi..
the much needed getaway that i was wishing for. I spent the first week climbing with one group of friends and the second week with another. And in between, i had 3 days of 'time alone' to relax.

I got so tanned that i lost count of the number of times tourists AND locals mistook me for a local climbing guide.
Our last day at Tonsai we climbed the ultra classic Groove Tube 6a. The guidebook said the second pitch was good but rarely done due to the extremely popular first pitch. aila was all over this because she was starting to love the views that multipitch climbs offered.
Given how polished the second pitch was it apparently got some traffic. Below you can see an old restaurant which
After our rest day we got on a Tonsai classic 5 pitch climb called Humanality. It climbs right above the Freedom Bar on the beach, so it puts on a good show. The classic pitch is pitch 4 (6b+). As you climb up large holds on a steep face they suddenly disappear except for two large holds about 10 feet out of reach. As you look around for what to do next you realize a large stalactite is just within reach behind you. When you lean out to reach it you are left staring 300 ft down into the bar!
You do a few delicate and spooky moves and find yourself comfortably on the stalactite but then you have to move back on the face so you move up and around on the stalactite and reach back out for those large holds which were formerly 10 feet away. After that you have another great pitch of 6b and then rappel down straight into the bar.

In a classic Tonsai style my friend Rudy(guide from jakarta) arrived while we were on the climb. I knew he was coming to Tonsai but not exactly what day and he knew we were in Dream Valley 405 but that was it. He arrived, got a room, left a note for us at Dream Valley and headed to the Freedom Bar with some people he had meet on the way to Tonsai. They had just been asking him "How are you going to find your friend?" "This place can't be that big, I'm sure I'll come across them" "Hey I think I know that guy rappelling into the bar!"
Before we called it a day Aila jumped on the classic 6c Vikings in Heat. A steep pumpy climb which she struggled through but managed to onsite.

Saturday


We reached Mt.Rinjani's peak after 4hours summit attack at monday morning. It was gorgeous! Previously we had 10 hours trekking from Sembalun Lawang to the camp just below the mountain. Monday afternoon, after 2hours rest we move on to the camp by Segara Anak lake. We had a good rest and managed to gain our strength for another day's trekking. On Tuesday at 6am we set off to Plawangan a favorite place for viewing the crater rim. At about mid day we reached Plawangan and had our last lunch at post III. An hour rest then we set off into the last stage of trekking, about 8km to Senaru which took 4hours with gentle slope. Finnaly we arrived Senaru at 3:30pm. This was the best trekking I've ever done. Only 3D/2N for about 26km plus the summit was very rewarding.

My experiment with GPS did not seem succesful. We had problem with battery supply, e-Trex couldn't pick any signal on the last stage due forest density. We had arranged taxi to pick us up at Senaru and take us to Mangsit -5km outside Senggigi where we found a place to stay. I am now sitting in backyard of Nusa Bunga with direct view to the beach. Today we are going to Gili Trawangan from Bangsal Harbour. Oh yeah with aching legs off course !

Friday











Sejarah dari "The Seven Summits Quest"

William D. Hackett Orang pertama yang mencapai 5 dari tujuh puncak

William D. Hackett, seorang tentara dari Oregon, USA, berhasil mencapai puncak dari Mont Blanc, perancis. Dengan ini, dia menjadi orang yang pertama berhasil mencapai puncak dari lima benua. Pada masa itu, Mont Blanc dianggap sebagai gunung yang tertinggi di benua Eropah. Dimasa sekarang, yang dianggap puncak tertinggi dari benua Eropah adalah gunung Elbrus di Georgia. Tapi ini tidak membuat usaha Hacket tidak dikenang. Puncak-puncak gunung lain yang dicapainya adalah:

1947 : McKinley
1949 : Aconcagua

1950 : Kilimanjaro
1956 : Kosciuszko
1956 : Mont Blanc

Setelah berhasil mencapai puncak Mont Blanc, dia berambisi untuk mendaki puncak lainnya. Dia merencanakan untuk mencoba mencapai puncak K2 dan Vinson Massif dan juga berhasil mendapat ijin untuk pendakian Everest. Akan tetapi karena beberapa hal (kekurangan dana, frostbite, dsb) dia tidak pernah berhasil mendaki lebih dari ke 5 puncak diatas.

Diantara tahun 1956 dan 1970, tidak ada tonggak sejarah yang berhasil tercapai. Walaupun, Dolf Reist, seorang pendaki dari Swiss, mencapai puncak Mont Blanc pada tahun 1955 dan puncak Everest tahun 1956 (hanya satu dari enam orang yang berhasil mendaki Everest pada masa itu). Dia pikir bahwa ia mempunyai banyak waktu untuk mendaki puncak yang lain dan oleh karena itu tidak membuat usaha mendesak apapun untuk memanjat 3 puncak lainnya. Dia melengkapi mendaki 3 puncak lainnya ada tahun 1971, enam bulan setelah Naomi Uemura, seorang pendaki asal Jepang yang akan kita bahas selanjutnya.

1970 – Naomi Uemura
Orang pertama yang berhasil mencapai 5 puncak dari tujuh puncak temasuk Everest

Naomi Uemmemulai pendakian sebagai pendaki solo dan mencapai puncak Mont Blanc secara sendirian, Kilimanjaro dan Aconcagua. Pada tahun 1970, dia menghentikan kebiasaan mendaki sendirian dan mendaki Everest bersama dengan teman senegaranya yaitu Teruo Matsuura. Bersama mereka mengklaim dirinya sebagai orang jepang pertama yang mendaki Everest dengan jalur pendakian mereka rintisan mereka di South Col. Hanya tiga bulan setelah itu, Uemura kembali mendaki secara solo dan berhasil mencapai puncak McKinley, sebagai orang yang pertama mendakinya secara solo. Dengan ini dia merupakan orang pertama yang berhasil mendaki 5 dari tujuh puncak termasuk Everest, akan tetapi tidak sama sekali selesai.

1966 : Mont Blanc
1966 : Kilimanjaro
1968 : Aconcagua
1970 : Everest

1970 : McKinley

Seperti halnya yang diharapkan oleh seorang petualang soliter sejati, dia kembali merencakan untuk pergi ke Antartika sendirian untuk mendaki Vinson Massif setelah melakukan perjalanan solo ke kutub utara. Untuk persiapan itu dia melakuakn pendakian solo dimusim dingin ke gunung McKinley. Dia berhasil melakukannya, namun saat perjalanan turun, dia menghilang ditelan oleh badai di gunung itu.

1978 – Reinhold Messner
Orang pertama yang berhasil mencapai 6 dari tujuh puncak

Reinhold Messner adalh orang pertama yang berhasil mencapai 6 dari tujuh puncak, akan tetapi hanya merupakan orang ke lima yang berhasil mencapai tujuh puncak. Dia merupakan salah seorang pendaki gunung yang berpengaruh dimasanya dan merupakan seorang arsitek penting dari pendefinisian Tujuh Puncak (The Seven Summits). Pada tahun 1978, bersama dengan pendaki asal Austria yaitu Peter Habeler, orang Italy ini berhasil mendaki Everest tanpa bantuan tabung oksigen. Semua orang terpana dengan hal ini karena belum pernah dilakukan sebelumnya. Bersamaan dengan Carstensz Pyramid yang berhasil didakinya pada tahun 1971, dia mengklaim dirinya sebagai orang yang berhasil mencapai 6 dari tujuh puncak. Setelah mendaki puncak Carstensz dia juga mendaki Kosciuszko in 1983, hanya untuk memastikan dia mencapai puncak yang tepat untuk 6 puncaknya. Pada tahun yang sama Messner menyatakan bahwa Mont Blanc bukanlah puncak tertinggi di benua Eropah, akan tetapi adalah Elbrus yang lebih tinggi 800 meter. Definisi dia dengan cepat di adopsi oleh pendaki lainnya.

Dari tahun ke tahun, dia membuat beberapa usaha untuk mendaki Vinson Massif dan ketika berhasil dilakukannya pada tahun 1986, akan tetapi tropi peringkat pendakian tujuh puncak sudah diambil oleh pendaki lain.

1971: Carstensz
1974: Aconcagua
1976: McKinley
1978: Everest
1983: kosciuszko
1983: Elbrus
1986: V
inson

1985 – Dick Bass
Orang pertama yang berhasil mencapai tujuh puncak

Dick Bass bukanlah pendaki yang berambisi seeprti Reinhold Messner atau petualang Hardcore seperti Uemura, tapi dia mempunyai ketetapan dan upaya untuk membuat pendakiannya ke Tujuh Puncak bisa menjadi kenyataan. Bas, dan seorang Amerika lainnya yang bernama Frank Wells yang juga membantunya mendefinisikan “The Seven Summits” mereka memasukan Kosciuszko ke dalam jajaran Tujuh Puncak, karena Kosciuszko merupakan puncak dari sebuah daratan yang luas dan tidak seperti Carstensz, yang merupakan puncak dari sebuah pulau. Mereka juga memasukan Vinson Massif di Antartika ke dalam Tujuh Puncak, untuk melengkapi list dari puncak-puncak tujuh benuanya.

Di tahun 1983, Bass dan Wells mendaki enam dari Tujuh Puncak bersama dengan pendaki berpengalaman yang di undang untuk ikut. Kemudian, mereka mencoba melakukan dua kali usaha pendakian ke Everest, tapi karena beberapa alasan mereka gagal melakukannya. Setelah usaha pendakian terakhir itu ke Everest, Wells tidak lagi melakukan usaha untuk pendakian Tujuh Puncak. Sedangkan Dick Bass, bergabung bersama dengan ekspedisi dari Norwegia yang di pimpin oleh seorang Konglomerat perusahaan pengriman Arne Naess pada tahun 1985, dan merupakan orang yang pertama (pada saat itu juga merupakan orang yang tertua yang berhasil mencapai puncak Everest pada usia 55 tahun) yang berhasil mendaki Tuju Puncak.

1983: Aconcagua, McKinley, Kilimanjaro, Elbrus, Vinson Massif, Kosciuszko
1985: Everest

1986 – Pat Morow
Orang pertama yang berhasil mencapai delapan puncak termasuk Carstenz dan Kosciuszko

Dick Bass sangat beruntung merupakan orang yang pertama mencapai tujuh puncak setelah 2 kali percobaan ke Everest. Pat Morrow, Pendaki kuat asal Canada, yang telah mendaki McKinley pada tahun 1977 dan Everest pada tahun 1982. jadi dia juga merupakan orang yang di setting untuk menjadi orang pertama yang mencapai Tujuh Puncak. Karena dia tidak mempunyai sumber keuanganseperti halnya Bass, jadi dia hanya bisa mendaki dua puncak tambahan (Aconcagua dan Kilimanjaro) saat sebelum Bass mencapai Everest. Tapi pada tahun 1986, dengan berhasil mencapai Elbrus, dia menjadi orang yang pertama mencapai Tujuh Puncak dengan Carstenz dan Orang pertama yang berhasil mencapai Delapan Puncak.

1977: McKinley
1981: Aconcagua
1982: Everest
1983: Kilimanjaro, Kosciuszko
1985: Vinson Massif
1986:elbrus, Carstenz

(Sumber; The Canada Summit dan The Seven Summits Book)