Kearifan Rumah Panjang
Lagu ini dinyanyikan orang Iban untuk mengawali sampi kena mantap sebuah upacara membersihkan bilek sebagai awal dimulainya musim tanam padi. Renungan yang sangat dalam tentang penghormatan leluhur dan alam.
O, ni kita
Petara aki
Petara ini?
Ti dulu kalia ke dulu nubah,
tanah mungkal menoa tu.
Kita ka dulu berumpang,
besawang
berimba,
ngaga temuda dulu kalia?
Kami tu anak,
telesak,
uchu ambu kita,
Deka bumai dalam memoa tu,
Nganti tulong urat
kita ka dulu menya
Nya alai kita enda tau enda
Ngemata lalu ngintu pengawa ka
Laban kami tu meh uchu
ambu kita,
Darah getah kita,
nampong nerujong,
Ngintu bilik penaik kita.
Nya alai kita enda tau enda
nulomg nukong aku dalam
umai tu.
Pak Payong Sabit dan Ibu Sally mempunyai 9 anak. Empat diantaranya perempuan. Salah seorang putrinya menikah dengan cina dan saat ini menetap di
Bagi suku Dayak, perkawinan antar etnis memang tidak terlalu bermasalah. Bahkan ibu Sally mengatakan sejumlah orang Jawa dan
Bilek Pak Payong terbagi atas beberapa ruang. Yang terdepan sebagai tempat tidur kami ini sangat lapang, hanya terdapat meja sudut yang berisi foto2 dan souvenir dari
Malam ini kami dihidangkan nasi beserta lauk pauknya. Disini baru aku tahu bahwa yang kami makan di Miri adalah daun pakis muda. Ditumis hanya dengan bawang putih dan kecap, tapi rasanya ……mantap oiiii. Menurut ibu Sally pakis ini didapatnya dari pinggiran sungai atau sedikit masuk kedalam hutan. Di pasar, katanya bahkan dijual dengan sangat murah. Terakhir sebagai teman ngobrol malam ini : hmmm rice wine alias tuak . Untuk brewing, membutuhkan paling tidak dua minggu hingga menghasilkan kualitas yang lumayan. Klo mau lebih keras yah simpan aja sampai bertahun-tahun. Rasanya seperti alkohol dari tape ketan yang biasanya dijual di Magelang itu. Mungkin kalah keras dari tape malah. Jadi ngga ngefek sama sekali.
Keesokan harinya kami meninggalkan rumah panjang menuju Nanga Medamit. Sungai Mentawai yang kami lalui ini sudah termasuk hilir dan lumayan lebar. Dari hujan deras kemaren permukaan air masih saja tinggi. Tidak terlalu bergelombang bahkan sangat tenang. Sejam kami lewati sungai legendaris ini dengan kesan yang dalam tentang kampung suku Iban. Hingga tampaklah asap mengepul dari bahan bakar diesel alat2 berat logging. Oooo jadi ini logging. Walau yang ini legal. Sebuah perahu geret yang besar hampir penuh sedang alat berat lainnya untuk memindahkan kayu2 gelondongan dengan cengkeramannya yang kuat.
Nanga Medamit ini lebih tepatnya seperti mini
Gunung di Indonesia dan Puncak Tertinggi Dunia
Thursday
at 05:37
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment